Senin, 18 Juni 2012

Manisnya Hidup Kita Yang Menentukan {1}


Terlahir di sebuah kota, kabupaten yang ‘lumayan’ kecil aku tumbuh besar dan sanggup menjalani hidup hingga kini, hingga umurku hampir genap 17 tahun kini. Mengirup nafas di 20 Juni 1995 aku belajar sedikit demi sedikit menghafal ilmu yang orang lain tahu namun aku belum tahu, aku masih bisa mengingat teman pertamaku ialah anak tetangga yang umurnya 1 tahun lebih diatas saat itu dengan ku.
Cowo ? Cewe ? Laki-laki, namun kakaknya  memang perempuan, aku bisa tau bagaimana cara bermain ‘tajoz/tajos/tazos’ darinya, namun tak berselang berpuluh-puluh tahun dia dan keluarga nya memutuskan untuk berpindah rumah dan kini aku tak tahu dia dimana dan tak tahu aku mengenalnya atau tidak.
Sebenarnya aku tak tahu apa tujuanku mengetik tulisan ini, dan juga memang tidak bermanfaat  bagi yang membaca aku rasa, tapi tak apalah. Saat umurku 9 tahun (kelas 4 SD) aku mengalami hidup yang ‘nomaden’ atau berpindah-pindah, sempat juga aku bersekolah di kota kembang ‘Bandung’ kurang lebih 2 tahun dan kembali lagi ketempat aku dilahirkan ‘kuningan asri’ di tahun 2006 (kelas 6 SD). Di kamar ini aku dilahirkan, di balai bamboo buah tangan bapakku, di rumah ini aku dibesarkan, di belai mesra lentik jari ibu. Puitis bukan ? tapi itu bukan karyaku, itu karya ‘iwan fals’ yang hingga kini aku masih mau mendengar lagu-lagunya.
Bagaimana keadaan ku sekarang ? punya sahabat, teman, pacar ?  Sahabat ? apa itu sahabat, aku rasa sahabat itu hanya kata tahayul yang seseorang ucapkan apabila ia memang sedang dekat dengan ‘teman’nya, aku tak pernah tau bagaimana rupa seorang sahabat yang banyak orang ucapkan sebagai mahluk yang ada saat kita suka maupun duka (itu ucapan abstract), yang jelas aku tak percaya sahabat itu ada (kecuali pada zaman Nabi). Teman ? teman = Menemani, aku punya banyak teman bahkan saking banyaknya aku tidak mengenal mereka yang jauh dari kehidupanku, senang mereka datang, sedih mereka pergi (kadang) cukup sebagai teman saja tidak terlalu banyak beharap mereka bisa menolong ku mungkin (semoga TIDAK) ketika aku jatuh di masyarakat dan menjadi sampah masyarakat, cukup sebagai mahluk yang menemani ku menjalani hidup.
‘Kurus’ semasa kecil jujur saja aku merasa malu dan jengkel ketika keluarga dan teman-temanku memanggilku dengan kata itu, mengapa aku seperti ini ? mengapa aku tidak tercipta seperti yang lain ? yang sempurna secara fisik dimataku, namun kini memang benar adanya dan dewasa ini aku memang sangat menyadari apa yang di berikan tuhan kepadaku. Laki-laki yang di kutuk mengidap penyakit diabetes mellitus dari factor keturunan ini tak lain berbadan kurus, berkulit hitam, dan tinggi. Kini sedikitpun aku tak merasa malu atau jengkel menerima perkataan mereka yang menyebutkan kekurangan fisik ku ini. Sejak kapan aku tau bahwa aku mengidap penyakit manis ini ? sejak praktek tes urine saat pelajaran Biologi di SMA kelas XI yang lalu, sedih memang menyadari kenyataan pahit ini namun apadaya takdir ada di tangan tuhan, aku hanya berusaha merubah hidupku ini sebaik dan sebahagia mungkin sebelum aku bertransmigrasi ke alam yang baru nanti  ………………


3 comments:

Elis Nida Gustiani mengatakan...

menyenangkan :)
pasti msih bnyak cerita seru untuk sling berbagi

my name's BEBEY! mengatakan...

wah aku baru tau banyak tentang kamu mal.
jangan pernah minder karena kekurangan mu, karena itu aku juga hampir senasib -___-'

Putri Restuwaty23 mengatakan...

akang, jangan pernah di hapus yaaa catatan yang ini. :) kalo bisa terusin nulisnya, siapa tau ada yang bisa dibagi lagi. makasih. :D

Posting Komentar