Amir namanya,
pria berkeluarga yang dikaruniai 1 orang anak ini sejak dulu ingin membeli
sebuah mobil untuk bergergian bersama keluarganya, namun apadaya pekerjaannya
hanyalah menjadi seorang ‘kasir’ di sebuah minimarket kecil di bangunan kios di
tepian kota. Selain bekerja ia bisa dikatakan rajin dalam beribadah bahkan
hampir bisa dikatakan sebagai ‘ustadz’ bila melihat porsi ibadah yang ia
lakukan, keinginannya melihat anaknya yang masih berumur 4 tahun itu tumbuh dan
menjadi seorang yang berprestasi di dalam bidang Olah Raga khusunya menjadi
seorang pemain Baseball di tanah air bahkan di dunia. Istrinya sendiri Anisa selalu
tabah menerima kesenangan dan kesusahan rumah tangganya, selalu tersenyum saat
merenung selalu menangis kala di landa bahagia.
Anisa wanita yang baik
senantiasa memaklumi, menerima, dan mensyukuri apa yang diberikan oleh suaminya
walaupun kecukupan ekonomi rumah tangga mereka kadang tidak mencukupi untuk
kebutuhan sehari-harinya. Seperti biasa jadwal kerja Amir tak tentu kapan,
kadang malam menuju pagi, kadang pagi menuju malam namun seringkali ia
kedapatan untuk berkeja dari jam malam menuju jam pagi. Bila berada di rumah
setiap waktu sholat, mereka selalu melaksanakannya dengan berjama’ah (sholat
berjama’ah) mereka bersama-sama berdo’a kepada Allah SWT yang merupakan zat
Maha kuasa dan Maha sempurna, terkadang 4 sampai 5 ayat Al-Qur’an mereka baca
setelah melaksanakan sholat, begitu juga dengan si kecil Riki yang di ajarkan membaca
Iqro selepas berdo’a setelah sholat. Selepas sholat magrib Anisa menyiapkan
makanan untuk perbekalan suaminya dan setelah sholat isya Amir berangkat
berkerja menggunakan sepeda tua yang ia bawa dari kampung tempat kelahirannya.
Tetap rajin
dan gigih saat berkerja pimpinan atau ‘bos’ perusahaan swasta itu mengangkat
amir untuk berkerja sebagai manager di mini market itu karena mengetahui Amir
disiplin dan pengetahuan berbisnisnya tinggi. Mendengar hal itu Amir sangat
senang bahkan saat pulang Amir dan keluarganya menangis haru mengetahui berita
itu bahkan Riki pun ikut menangis tanpa sebab entah karena ketakutan atau sedih
atau apa saja. Seminggu setelah kejadian itu Amir masih tetap taat beribadah
dan mensykuri atas apa yang ia dan keluarganya dapatkan, makin hari rezeki yang
datang padanya semakin bertambah hingga pada suatu hari Amir bisa membeli rumah
yang cukup mewah di tengah-tengah kota akhrinya mereka sekeluarga pergi untuk
pindah kerumah baru itu dan menyewa seorang pembantu untuk membereskan dan
membersihkan rumahnya. Sejak itu lah sifat Amir berubah, jarang berada di
rumah, sering melalaikan sholat dengan alasan ‘sibuk’ tidak seperti saat ia
berkerja dahulu selalu meluangkan waktu sekecil mungkin untuk melaksanakan
sholat, Anisa selalu merasa sedih mengetahui sifat dan tingkah laku Amir
berubah, ia selalu berdo’a kepada Allah SWT untuk kebaikan dunia dan akherat
suaminya namun Anisa tidak berbicara kepada Amir tentang perasaan buruknya itu
karena takut membuat Amir marah dan takut dikatakan durhaka kepada suami.
Demi berkerja
demi selembar uang kertas Amir melalaikan waktu sholat itupun jika ia di ajak
oleh rekan kerjanya, sampai akhirnya ia dapat membeli sebuah mobil mewah dari
perusahaan tersebut Amir merasa senang terhadap kerja kerasnya selama ini namun
Anisa dan Riki tidak terlalu senang mengetahui hal tersebut karena mereka
ditinggalkan oleh kasih sayang kepala kelurga mereka dan ditinggalkan oleh
sifat sholehnya yang dulu selalu membawa mereka untuk tetap mengingat Allah SWT.
Sejak saat itu
Amir pergi berkeja dan sering mengantarkan Riki yang kini berumur 5 tahun pergi
kesekolahnya. Hingga pada suatu hari Amir tidak pergi berkerja dengan
menggunakan mobil kebanggaanya tersebut dan tidak mengantarkan Riki karena
libur sekolah. Ketika Amir berkerja Riki bocah polos ini menggambar di mobil
bapanya tersebut hingga mobil itu banyak oleh tulisan dan gambarannya ‘si’
Riki, kajadian ini tidak diketahui oleh Anisa dan Pembantunya. Sebelum pulang
Amir berencana untuk membeli sebuah ‘stick Baseball’ untuk Riki di rumah jadi
ia sempat mampir ke toko olahraga terlebih dahulu. Sambil memegang stick baseball
wajah Amir berseri-seri membayangkan wajah Riki saat menerima hadiah darinya
itu, namun setelah sampai Amir disambut oleh gambar-gambar dan coretan-coretan
kotor di mobil kebanggaannya tersebut, Emosi Amir meluap ia langsung berlari
kedepan rumah dan berteriak memanggil pembantunya “Odah ! Odah ! KEMARI ! SIAPA
YANG MENCORET-CORET MOBIL SAYA INI ? SIAPA !” pembantunya kaget dan menjawab
tidak tahu “Maaf tuan, Sumpah saya tidak tahu siapa yang melakukan ini, saya
dari pagi membereskan ruangan dan memasak di dapur tuan” tiba-tiba dengan
polosnya Riki keluar rumah dan menghampiri ayahnya dengan spidol dan crayon
ditangannya seraya bertanya “Ayah bagaimana gamabaran Adik ? baguskan ?”
mengetahui itu Amir marah besar dan menghajar kedua tangan Riki oleh stick
baseball yang ia pegang, trus dipukul dan di pukul kedua tangan Riki karena
Amir sangat emosi dan tidak sadar siapa yang sedang di pukulinya itu, Odah pun
sama ia hanya bisa menangis dan berlari memanggil Anisa. Hingga Riki tak
sadarkan diri dan tangannya berlumuran darah barulah ia di bawa ke Rumah Sakit
oleh Amir Anisa dan Odah, sambil menunggu hasil pengecekan, Amir diam dan
menangis keras di kursi tunggu dekat tangga Rumah Sakit sementara Odah dan
Anisa tabah, berdzikir dan berdo’a semoga tidak ada hasil yang buruk yang
menimpa Riki.
Sampai akhirnya
dokter menyatakan kedua tangan Riki harus diamputasi kedua-duanya, dan Amir
juga Anisa menyetujui apa yang dokter katakan dan diamputasi lah tangannya
Riki. Amir sangat merasa bersalah hatinya dimakan oleh rayuan busuk setan yang
selalu mengikuti hawa nafsu yang buruk, sampai selesei operasi mereka
menghampiri Riki yang diam tanpa lengan itu. Ketika Amir datang Riki langsung
berbicara kepada Ayahnya sambil menangis sedih “Yah, Ayah tolong kembaliin
tangan adik lagi, adik janji ga akan nyoret-nyoret mobil ayah lagi, tolong
kembaliin tangan adik lagi yah.” Mendengar itu semua orang termasuk dokter
disitupun menangis ta kuasa menahan kesedihan yang melanda keluarga itu, dan
Amirpun akan menyesal seumur hidupnya.
0 comments:
Posting Komentar